Selasa, 27 Desember 2016

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) PEMBERIAN OBAT INTRA MUSKULER (IM)

Assalamualikum kawan, artikel saya hari ini akan berbagi tentang SOP (Standar Operasional Prosedur) Pemberian Obat Intra Muskular. Tindakan ini merupakan salah satu pemberian obat yang lumayan jarang dilakukan. Ada baiknya jika kawan ingin melakukan tindakan ini kawan harus terlebih dahulu mengetahui jenis obat yang akan disuntikkan, karena hal ini dapat mencegah kebingungan dari pasien maupun keluarga pasien tersebut. Sebenarnya bukan hanya untuk tindakan ini tapi untuk tindakan jenis injeksi  lainnya. Oke yuk simak artikel berikut ini....👄👄👄

SOP (Standar Operasional Peosedur) pemberian Obat Intra Muskular (IM)

PENGERTIAN

Pemberian obat/cairan dengan memasukkan obat kedalam jaringan otot (muskulus). Lokasi penyuntikan pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (pasien harus berbaring miring), dorsogluteal (pasien harus terlungkup), dan lengan atas (deltoid).

TUJUAN  
  • Melaksanakn fungsi kolaborasi dengan dokter
  • Agar absorbsi obat lebih cepat oleh karena vaskularitas otot.

KEBIJAKAN

Pasien yang mendapatkan obat yang diberikan secara Intra Muskular (IM).

PETUGAS

Perawat

PERALATAN 
  1. Sarung tangan satu pasang
  2. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran (Dewasa : 2,5-3,75 cm); (Anak-anak : 1,25-2,5cm)
  3. Bak spuit 1
  4. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
  5. Perlak dan pengalas
  6. Bengkok 1 (nerbeken)
  7. Obat sesuai program terapi
  8. Buku injeksi/daftar obat 

 PROSEDUR PELAKSANAAN 

1. Tahap PraInteraksi 
  1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
  2. Mencuci tangan
  3. Menyiapkan obat dengan benar
  4. menepatkan alat didekat pasien dengan benar
2. Tahap Orientasi
  1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
  2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada keluarga/pasien
  3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
3. Tahap Kerja
  1. Mengatur posisi pasien, sesuai tempat penyuntikan
  2. Memasang perlak dan alas
  3. Membebaskan daerah yang akan di injeksi
  4. Memakai hand schoon
  5. Menentukan tempat penyuntikan dengan benar
  6. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah dalam ke luar)
  7. Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk meregangkan kulit
  8. Memasukkan spuit dengan sudut 90 derajat, jarum masuk 2/3 
  9. Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit
  10. Memasukkan obat secara perlahan
  11. Mencabut jarim dari tempat penusukan
  12. Menekan daerah tusukan dengan kapas desinfektan
  13. Membuang spuit ke dalam bengkok  
4. Tahap Terminasi 
  1. Melakukan evaluasi tindakan
  2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
  3. Berpamitan dengan klien 
  4. Membereskan alat-alat
  5. Mencuci tangan
  6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan


NOTE :

Tempat penyuntikan secara Intra Muskular (IM)
  1.  Pada daerah paha (Vastus lateralis) : dengan cara meminta pasien untuk berbaring terlentang dengan lutu sedikit fleksi atau 3 jari dari jalur setrikaan (paha bagian samping).

  2. Pada daerah di samping bokong (ventrogluteal) : dengan cara meminta pasien miring, telungkup atau telentang dengan lutu dan panggul pada sisi yang akan disuntik dalam keadaaan fleksi.

  3. Pada bokong (dorsogluteal) : dengan meminta pasien untuk telungkup dengan lutu diputar ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.

  4. pada daerah lengan atas (deltoid) : dengan meminta pasien untuk duduk atau berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi.

Alhamdulillah selesai......
Semoga bermanfaat.......
See you again...............................







Senin, 19 Desember 2016

SOP (Standar Operasional Prosedur) Pemberian Obat Intra Cutan (IC)

Assalamualaikum kawan, hari ini saya akan berbagi ilmu lagi dengan kalian. Kali ini saya mencoba berbagi ilmu tentang SOP (Standar Operasional Prosedur) pemberian Obat Intra Cutan, salah satu tindakan yang sering dilakukan dengan cara ini adalah untuk skin test. Yukk simak artikel nya.

SOP (Standar Operasional Prosedur) Pemberian Obat Intra Cutan (IC)

PENGERTIAN

Pemberian obat / cairan dengan cara dimasukkan langsung ke dalam kulit (Intra Cutan) 

TUJUAN
  1. Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter
  2. Skin Test memasukkan jarum melalui
KEBIJAKAN

pasien yang mendapatkna obat yang diberikan secara intra cutan (IC)

PETUGAS 

Perawat

PERALATAN 
  1. Sarung tangan (handschoon) 1 pasang
  2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
  3. Jarum 1 (steril)
  4. Bak spuit 1
  5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
  6. Perlak dan pengalas
  7. Obat sesuai program terapi
  8. Bengkok 1
  9. Alat tulis/bolpoint
  10. Buku ijneksi/ daftar obat
PROSEDUR PELAKSANAAN 

1. Tahap PraInteraksi
  1. Melakukan Verifikasi data sebelumnya bila ada
  2. Mencuci tangan
  3. Menyiapkan obat dengan benar atau sesuai prinsip (diencerakn 0,1 cc menjadi 1 cc)
  4. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

2. Tahap Orientasi 
  1. Memberikan salam sebagai tanda pendekatan terapeutik
  2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
  3. menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

3. Tahap Kerja
  1. Mengatur posisi pasien sesuai temapt tusukan
  2. Memasang perlak dan alasnya
  3. Membebaskan daerah yang akan di injeksi
  4. Memakai Handschoon
  5. Membersihkan kulit tempat suntikan dengan kapas alkohol (melingkar dari arah dalam ke luar)
  6. Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk meregangkan kulit
  7. Menusukkan spuit dengan kemiringan 15 - 20 derajat, jarum masuk kurang lebih 0,5 cm
  8. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah maka lanjutkan
  9. Memasukkan obat ke dalam kulit perlahan, pastikan ada penonjolan
  10. Mencabut jarum dari tempat tusukan
  11. Memberi tanda lingkaran sekitar tusukan
  12. Membuang spuit ke dalam bengkok

4. Tahap Terminasi 
  1. Melakukan evaluasi tindakan
  2. Berpamitan dengan klien
  3. Membereskan alat alat
  4. Mencuci tangan
  5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Alhamdulillah selesai.....
Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua
Baca artikel SOP injeksi lainnya juga ya, dan masih ada banyak SOP yang lain juga .....
See you again.....

 

Kamis, 03 November 2016

SOP (Standar Operasional Prosedur) Ganti Verban

Assalamualaikum kawan, hari ini saya ingin berbagi ilmu tentang SOP Ganti verban. Tindakan ini membutuhkan penanganan yang steril dan kita harus bisa membedakan alat alat steril dan non steril pada saat pemakaiannya. Di sini saya juga akan menjelaskan beberapa jenis luka dan jenis balutan sesuai dengan keadaan luka. Yukk simak artikel nya...

SOP (Standar Operasional Prosedur) Ganti Verban

PENGERTIAN 

Mengganti balutan atau verban adalah suatu tindakan keperawatan untuk mengganti perban perawatan luka untuk mencegah infeksi dengan cara mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih. 

Pada prinsipnya dalam merawat luka atau menganti verban dibutuhkan sterilitas mengingat luka sangat rentan terhadap masuknya mikroorganisme dan adanya disintegritas jaringan. Dalam melakukan perawatan luka, dan yang digunakan bervariasi. Bahan ini disesuaikan dengan kondisi luka kotor, bersih, steril atau terinfeksi.

TUJUAN
  1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga kebersihan luka 
  2. Melindungi luka dari kontaminasi
  3. Dapat menolong hemostasis (bila menggunakan elastis verban)
  4. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
  5. Menurunkan pergerakan dan trauma
  6. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan 
KEBIJAKAN 
  1. Pada balutan ynag sudah kotor
  2. Pada penderita yang lukanya akan diperiksa oleh dokter atau akan diberi obat kompres yang baru.

PETUGAS
Perawat

PERALATAN 
  • Alat-alat steril 

    1. Pinset anatomis 1 buah 
    2. Pinset sirugis 1 buah
    3. Gunting bedah/ jaringan 1 buah
    4. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
    5. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
    6. Sarung tangan (Handschoon) 1 pasang
    7. Korentnag/ forcep 
  • Alat-alat non steril 

    1. Gunting verban 1 buah
    2. Plester
    3. Pengalas
    4. Pinset anatomi 1 buah
    5. Kom kecil 2 buah bila dibutuhkan
    6. Nierbeken 2 buah
    7. Kapas alkohol
    8. Aceton/bensin
    9. Larutan NaCl 0,9%
    10. Larutan savlon
    11. Larutan H2O2
    12. Larutan Boor Water (BWC)
    13. Bethadine
    14. Sarung tangan 1 pasang
    15. Masker
    16. Kantong plastik/baskom untuk tempat sampah

PROSEDUR PELAKSANAAN 

Tahap PraInteraksi 

  1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
  2. Mencuci tangan 
  3. Menempatkan alat didekat pasien dengan benar

 Tahap orientasi 

  1. Memberi salam sebagai pendekatan terapeutik
  2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
  3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

 Tahap Kerja 

  1. Menutup sampiran
  2. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
  3. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
  4. Letakkan pengalas dibawah area luka
  5. Letakkan nierbeen didekat pasien 
  6. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan menggunkan pinset anatomi, Buang balutan bekas kedalam nierbeken. Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan menahan kulit di bawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan kearah balutan. Bila masih terdapat sisa perekat dikulit, dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin
  7. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat balutan dengan berlahan
  8. Letakkan balutan kotor ke nierbeken lalu buang ke kantong plastik, hindari kontaminasi dengan permukaan luar wadah
  9. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
  10. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
  11. Membersihkan luka sesuai dengan jenis lukanya apakah luka bersih atau kotor serta sejenisnya.*
  12. Menutup luka dengan cara tertentu sesuai keadaan luka*
  13. Plester dengan rapi
  14. Buka sarung tangan dan masukkan kedalam nierbeken
  15. lepaskan masker
  16. Atur dan rapikan posisi pasien
  17. Buka sampiran
  18. Evaluasi keadaan umum pasien
  19. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering dan rapi

Tahap Terminasi
  1. Melakukan evaluasi tindakan
  2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
  3. Berpamitan dengan klien
  4. Membereskan alat-alat
  5. Mencuci tangan
  6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
  7. Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan

*********
*10. Jenis luka kotor & Luka bersih
  • Jenis luka kotor
    Gunakan kassa steril yang dipegang dengan pinset, dicelupkan/ diberi larutan Savlon, dan lakukan pembersihan pada luka. bila perlu berikan H2O2 (bila ada jaringan yang mati dan sulit diangkat). Lanjutkan pembersihan dengan Boor Water (BWC) hingga bersih
  • Jenis luka bersih
    Gunakan kassa steril yang dipegang dengan pinset. Celupkan/ diberi larutan NaCl 0,9% atau BWC. kemudian bersihkan luka sampai bersih dan lanjutkan dengan pengobatan luka menggunakan Bethadine atau sejenisnya.



* 11. Cara menutup luka

  • Balutan kering
  1. lapisan pertama kassa kering steril untuk menutupi daerah insisi da bagian sekeliling kulit
  2. lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat menyerap
  3. lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar

  • Balutan basah-kering 
  1. lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril atau antimikrobial untuk menutupi area luka
  2. lapisan kedua kassa steril yang lebab yang sifatnya menyerap
  3. lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar

  • Balutan basah-basah
  1. lapisan pertama kassa steril yang telah dilembabkan dengan cairan fisiologik untuk menutupi area luka
  2. lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
  3. lapisan ketiga (lapisan palling luar) kassa steril yang sudah dlmebabkan dengan cairan fisiologik


Alhamdulillah selesai....
Semoga artikel ini bermanfaat buat kita semua
See you in the my another article...
bye....

Rabu, 19 Oktober 2016

SOP (Standar Operasional Prosedur) PEMASANGAN INFUS LENGKAP

Assalamuailakum.... guys, hari ini saya mau berbagi ilmu tentang SOP (Standar Operasional Prosedur) PEMASANGAN INFUS. Tindakan pemasangan infus ini salah satu tindakan yang sangat sering kita lakukan dilapangan. Bagi anak praktek akan sangat bangga kalau misalkan dapat melakukan tindakan tersebut dengan benar. Apalagi kalau jarum nya nancap dengan benar, dan darahnya kelihatan keluar,,,, ohhhh bangga nya bukan main, hehehhehehehe.... (pengalaman pribadi). Dulu masih agak bingung, gimana cara melakukan tindakan ini dengan cepat dan tepat. Karena kebanyakan dari kita lupa untuk mempersiapkan alat-alat dengan benar terlebih dahulu. Yukk simak SOP PEMASANGAN INFUS LENGKAP dengan benar.

SOP PEMASANGAN INFUS

PENGERTIAN 

Pemasangan Infus adalah tindakan memasukkan jarum melalui IV (Intra Vena)untuk memberikan obat/ cairan melalui parenteral

TUJUAN      
  1. Melakukan fungsi kolaborasi dengan dokter
  2. Memberikan cairan atau obat kedalam tubuh pasien  

KEBIJAKAN   
  1. Pasien yang mendapatkan obat yang diberikan secara intra vena (I.V)
  2. Pasien dehidrasi untuk rehidrasi parenteral

PETUGAS         
Perawat


PERALATAN   
  1. Handscoon (sarung tangan) bersih
  2. Selang infus/Infuset sesuai kebutuhan (makro drip atau mikro drip)
  3. Cairan parenteral sesuai program
  4. Jarum Intra Vena/ Abocath (ukuran sesuai usia/kebutuhan)
  5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
  6. Desinfektan/ Alkohol 70%
  7. Kom kecil 1 buah
  8. Betadin
  9. Kassa steril 1 buah 
  10. Torniquet/ manset
  11. Perlak atau pengalas
  12. Bengkok/Nierbeken  1 buah
  13. Plester/ Hypafix
  14. Standar Infus 
  15. Gunting Verban
  16. Pulpen

PROSEDUR PELAKSANAAN    

1. Tahap PraInterkasi
  1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
  2. Mencuci tangan
  3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

2. Tahap Orientasi
  1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
  2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/ pasien
  3. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan

3. Tahap Kerja
  1. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan, sebelumnya cek terlebih dahulu cairan yang akan digunakan*
  2. Menutup saluran infus
  3. Menusukkan saluran infus dengan benar
  4. Menggantung botol cairan pada standard infuse
  5. Mengisi tabung reservoir infus sesuai tanda/ setengah
  6. Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara (emboli) dalam selang
  7. Memotong plaster sebanyak 4 buah/ bagian (2 panjang, 2 sedang) dan tuliskan label*
  8. Membuka Kassa steril dan memasukkan ke dalam kom, lalu teteskan betadin (pertahankan sterilisasi)
  9. Mengatur posisi pasien dan pilih vena*
  10. Memasang perlak dan alasnya
  11. Membebaskan daerah yang akan di insersi*
  12. Meletakkan torniquet 5 cm proksimal dari tempat yang akan ditusuk
  13. Memakai handscoon 
  14. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (desinfeksi), sirkular (melingkar dari dalam ke luar )
  15. Mempertahankan vena pada posisi stabil
  16. Memegang IV cateter/ Abocath dengan sudut 30 derajat
  17. Menusuk vena dengan lobang jarum menghadap ke atas
  18. Memastikan IV kateter masuk ke dalam vena kemudian menarik mandrin 0,5 cm
  19. Memasukkan IV kateter secara perlahan
  20. Menarik mandrin dan menyambungkan ke selang infus
  21. Melepaskan torniquet
  22. Mengalirkan cairan infuse
  23. Melakukan fiksasi IV kateter
  24. Memberi desinfeksi/ kassa yang sudah diberi betadin, di daerah tusukan 
  25. Mengatur tetesan sesuai program

4. Tahap Terminasi
  1. Melakukan evaluasi tindakan
  2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
  3. Berpamitan dengan klien
  4. Membereskan alat-alat
  5. Mencuci tangan
  6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan


Alhamdulillah selesai sudah tindakan nya, oya ingat beberapa hal ini ya, ini sangat penting :

1. Pada tahap PraInteraksi

Pada tahap ini kalian harus melakukan verifikasi data pasien terlebih dahulu, apa benar pasien x akan kita lakukan pemasangan infus atau bukan. Kemudian cuci tangan harus dengan standard nya, masih ingatkan cuci tangan 7 langkah atau 6 langkah. Jangan lupa dekatkan peralatan atau troli dekat pasien ya. kalau tidak nanti kamu sendiri yang akan kewalahan saat mengambil alat yang dibutuhkan.


2. Pada tahap Orientasi

Pada tahap ini kalian jangan sampai lupa memberi salam kepada pasien. Perkenalkan nama kamu kemudian tanya nama pasien, tempt dan tanggal lahir lalu alamat tinggal sekarang. Kalau pasien nya sudah menyebutkannya dan sesuai dengan data yang ada pada kita maka langkah selanjutnya kita harus menjelaskan prosedur yang akan kita lakukan seperti, pengertian, tujuan dan alat-alat yang akan kita gunakan beserta proses pemasangan (tidak perlu dijelaskan terlalu rinci, cukup penjelesan kasarnya saja). setelah itu tanyakan kesiapan pasien untuk kita lakukan tindakan.


3. Pada tahap Kerja

    Pada tahap ini ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, misalnya ;

*1. Kita harus mengecek terlebih dahulu cairan nya masih bagus atau sudah berkeruh, lihat juga tanggal kadaluarsanya. kemudian carikan jumlah tetesan yang akan diberikan kepada pasien.
pada saat membuka infuset pastikan jarum infusetnya masih dalam keadaan steril atau tidak terkontaminasi dengan tangan kita atau benda yang lain.
Ingat, perhatikan dengan cermat keadaan selang infus, jangan sampai bocor dan jangan ada udara atau emboli, karena itu akan membuat diagnosa baru untuk pasien.

*7. Setelah memotong plaster, jangan lupa tuliskan tanggal dan jam pemasangan cairan infus, jenis cairan, faktor/jumlah tetesan dan inisial pasien. Tuliskan pada plester yang sudah dipotong panjang, tempelkan pada botol cairan dan saat fiksasi terakhir pada pasien tuliskan diplaster panjang tanggal dan jam pemasangan infus, nomor abocath dan inisial.

*9. Mengatur posisi pasien dan memilih vena. Vena yang akan dipilih adalah vena yang lurus atau tidak bercabang, daerah distal, vena yang besar, dan tidak hematom. Ada 4 cara agar vena terlihat jelas, yaitu; menepuk-nepuk tangan dengan halus, kompres hangat, mengayunkan tangan dari distal ke proksimal, dan membuka-tutup telapak tangan.

*11. Bebaskan peralatan atau aksesoris yang ada pada bagian tubuh pasien yang akan kita lakukan penyucukan. Misalnya di tangan yaitu jam, gelang dan cincin. Menaikkan lengan baju jika baju yang digunakan berlengan panjang. 

4. Tahap terminasi

Jangan lupa mendokumentasikan tindakan kita. Dan dokumentasi yang wajib ditulis adalah tanggal, jam, jenis cairan, dosis/tetesan, nama pasien/inisial dan usia.
Ingat bengkok/ nierbeken digunakan untuk wadah penampung alat yang sudah digunakan atau tidak steril lagi.


Oke semoga artikel ini bermanfaat buat kalian semua...
And have a nice day all
See you again in my another article
Bye... ... ....

SOP (Standar Operasional Prosedur) PEMASANGAN INFUS LENGKAP

Assalamuailakum.... guys, hari ini saya mau berbagi ilmu tentang SOP (Standar Operasional Prosedur) PEMASANGAN INFUS. Tindakan pemasangan infus ini salah satu tindakan yang sangat sering kita lakukan dilapangan. Bagi anak praktek akan sangat bangga kalau misalkan dapat melakukan tindakan tersebut dengan benar. Apalagi kalau jarum nya nancap dengan benar, dan darahnya kelihatan keluar,,,, ohhhh bangga nya bukan main, hehehhehehehe.... (pengalaman pribadi). Dulu masih agak bingung, gimana cara melakukan tindakan ini dengan cepat dan tepat. Karena kebanyakan dari kita lupa untuk mempersiapkan alat-alat dengan benar terlebih dahulu. Yukk simak SOP PEMASANGAN INFUS LENGKAP dengan benar.

SOP PEMASANGAN INFUS

PENGERTIAN : Pemasangan Infus adalah tindakan memasukkan jarum melalui IV (Intra Vena) untuk memberikan obat/ cairan melalui parenteral
TUJUAN            : Melakukan fungsi kolaborasi dengan dokter
                              Memberikan cairan atau obat kedalam tubuh pasien  
KEBIJAKAN    : 1. Pasien yang mendapatkan obat yang diberikan secara intra vena (I.V)
                             2. Pasien dehidrasi untuk rehidrasi parenteral
PETUGAS         : Perawat


PERALATAN    : 1. Handscoon (sarung tangan) bersih
                              2. Selang infus/Infuset sesuai kebutuhan (makro drip atau mikro drip)
                              3. Cairan parenteral sesuai program
                              4. Jarum Intra Vena/ Abocath (ukuran sesuai usia/kebutuhan)
                              5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
                              6. Desinfektan/ Alkohol 70%
                              7. Kom kecil 1 buah
                              8. Betadin
                              9. Kassa steril 1 buah 
                            10. Torniquet/ manset
                            11. Perlak atau pengalas
                            12. Bengkok/Nierbeken  1 buah
                            13. Plester/ Hypafix
                            14. Standar Infus 
                            15. Gunting Verban
                            16. Pulpen

PROSEDUR PELAKSANAAN    

1. Tahap PraInterkasi
    1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
    2. Mencuci tangan
    3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

2. Tahap Orientasi
    1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
    2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/ pasien
    3. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan

3. Tahap Kerja
    1. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan, sebelumnya cek terlebih dahulu cairan yang akan digunakan*
    2. Menutup saluran infus
    3. Menusukkan saluran infus dengan benar
    4. Menggantung botol cairan pada standard infuse
    5. Mengisi tabung reservoir infus sesuai tanda/ setengah
    6. Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara (emboli) dalam selang
    7. Memotong plaster sebanyak 4 buah/ bagian (2 panjang, 2 sedang) dan tuliskan label*
    8. Membuka Kassa steril dan memasukkan ke dalam kom, lalu teteskan betadin (pertahankan sterilisasi)
    9. Mengatur posisi pasien dan pilih vena*
  10. Memasang perlak dan alasnya
  11. Membebaskan daerah yang akan di insersi*
  12. Meletakkan torniquet 5 cm proksimal dari tempat yang akan ditusuk
  13. Memakai handscoon 
  14. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (desinfeksi), sirkular (melingkar dari dalam ke luar )
  15. Mempertahankan vena pada posisi stabil
  16. Memegang IV cateter/ Abocath dengan sudut 30 derajat
  17. Menusuk vena dengan lobang jarum menghadap ke atas
  18. Memastikan IV kateter masuk ke dalam vena kemudian menarik mandrin 0,5 cm
  19. Memasukkan IV kateter secara perlahan
  20. Menarik mandrin dan menyambungkan ke selang infus
  21. Melepaskan torniquet
  22. Mengalirkan cairan infuse
  23. Melakukan fiksasi IV kateter
  24. Memberi desinfeksi/ kassa yang sudah diberi betadin, di daerah tusukan 
  25. Mengatur tetesan sesuai program

4. Tahap Terminasi
    1. Melakukan evaluasi tindakan
    2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
    3. Berpamitan dengan klien
    4. Membereskan alat-alat
    5. Mencuci tangan
    6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
Alhamdulillah selesai sudah tindakan nya, oya ingat beberapa hal ini ya, ini sangat penting :
1. Pada tahap PraInteraksi  
    Pada tahap ini kalian harus melakukan verifikasi data pasien terlebih dahulu, apa benar pasien x akan kita lakukan pemasangan infus atau bukan. Kemudian cuci tangan harus dengan standard nya, masih ingatkan cuci tangan 7 langkah atau 6 langkah. Jangan lupa dekatkan peralatan atau troli dekat pasien ya. kalau tidak nanti kamu sendiri yang akan kewalahan saat mengambil alat yang dibutuhkan.

2. Pada tahap Orientasi
   Pada tahap ini kalian jangan sampai lupa memberi salam kepada pasien. Perkenalkan nama kamu kemudian tanya nama pasien, tempt dan tanggal lahir lalu alamat tinggal sekarang. Kalau pasien nya sudah menyebutkannya dan sesuai dengan data yang ada pada kita maka langkah selanjutnya kita harus menjelaskan prosedur yang akan kita lakukan seperti, pengertian, tujuan dan alat-alat yang akan kita gunakan beserta proses pemasangan (tidak perlu dijelaskan terlalu rinci, cukup penjelesan kasarnya saja). setelah itu tanyakan kesiapan pasien untuk kita lakukan tindakan.

3. Pada tahap Kerja
    Pada tahap ini ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, misalnya ;
*1. Kita harus mengecek terlebih dahulu cairan nya masih bagus atau sudah berkeruh, lihat juga tanggal kadaluarsanya. kemudian carikan jumlah tetesan yang akan diberikan kepada pasien.
pada saat membuka infuset pastikan jarum infusetnya masih dalam keadaan steril atau tidak terkontaminasi dengan tangan kita atau benda yang lain.
Ingat, perhatikan dengan cermat keadaan selang infus, jangan sampai bocor dan jangan ada udara atau emboli, karena itu akan membuat diagnosa baru untuk pasien. 
*7. Setelah memotong plaster, jangan lupa tuliskan tanggal dan jam pemasangan cairan infus, jenis cairan, faktor/jumlah tetesan dan inisial pasien. Tuliskan pada plester yang sudah dipotong panjang, tempelkan pada botol cairan dan saat fiksasi terakhir pada pasien tuliskan diplaster panjang tanggal dan jam pemasangan infus, nomor abocath dan inisial.
*9. Mengatur posisi pasien dan memilih vena. Vena yang akan dipilih adalah vena yang lurus atau tidak bercabang, daerah distal, vena yang besar, dan tidak hematom. Ada 4 cara agar vena terlihat jelas, yaitu; menepuk-nepuk tangan dengan halus, kompres hangat, mengayunkan tangan dari distal ke proksimal, dan membuka-tutup telapak tangan.
*11. Bebaskan peralatan atau aksesoris yang ada pada bagian tubuh pasien yang akan kita lakukan penyucukan. Misalnya di tangan yaitu jam, gelang dan cincin. Menaikkan lengan baju jika baju yang digunakan berlengan panjang. 
4. Tahap terminasi
    Jangan lupa mendokumentasikan tindakan kita. Dan dokumentasi yang wajib ditulis adalah tanggal, jam, jenis cairan, dosis/tetesan, nama pasien/inisial dan usia.
Ingat bengkok/ nierbeken digunakan untuk wadah penampung alat yang sudah digunakan atau tidak steril lagi.

Oke semoga artikel ini bermanfaat buat kalian semua...
And have a nice day all
See you again in my another article
Bye... ... ....

Jumat, 05 Agustus 2016

LAPORAN PENDAHULUAN ASTHMA



ASTHMA
LAPORAN PENDAHULUAN

A.    DEFENISI
Asthma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan.
                        Asthma adalah penyakit paru dengan siri khas yaitu saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah, tahun 1995, hal 66).
                        Asthma adalah penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel dan kronik dengan karakteristik adanya mengi, asthma disebabkan oleh spasme saluran bronkial atau pembengkakan mukosa bronkial, setelah terpajan berbagai stimulus.
                      Asthma merupakan penyakit kronis yang paling umum terjadi pada masa anak-anak. Sebagian besar anak mengalami gejala pertama kali pada usia 5 tahun (Muscari Dan Mary, hal 231).

B.     ANATOMI DAN FISIOLOGI
Kelainan yang didapatkan pada penyakit asthma adalah:
1)      Otot bronkus akan berkerut (terjadi penyempitan)
2)      Selaput lendir bronkus edema
3)      Produksi lendir makin banyak, lengket dan kental sehingga ke 3 hal tersebut menyebabkan saluran lobang bronkus menjadi sempit dan anak akan batuk bahkan dapat sampai sesak nafas. Serangan demikian dapat hilang sendiri atau hilang dengan pertolongan obat.
                                                         
          Berdasarkan atas pengertian asthma seperti yang telah diuraikan maka untuk manifestasi serangan asthma harus ada pencetus dan ada dasar hiper reaktivitas dari bronkus. Serangan asthma dapat berupa sesak nafas ekspiratori paraksimal berulang-ulang dengan mengi (wheezing) dan batuk yang akibat kontriksi atau spasme otot bronkus. Inflamasi mukosa bronkus dan produksi lendir kental yang berlebihan. Asthma merupakan penyakit keturunan.

C.    ETIOLOGI
1)   Factor ekstrinsik : reaksi antigen antibody; karena inhalasi alergan ( debu, serbuk-serbuk, jamur, bulu-bulu binatang ).
2)   Factor instrinsik : infeksi; para influenza virus,pneumonia, mycoplasma. Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperature. Iritan; kimia, polusi udara ( CO, asap rokok, parfum). Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi factor pencetus.

D.    MANIFESTASI KLINIS
1)        Wheezing
2)        Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping hidung, retraksi dada, dan stridor
3)        Batuk kering (tidak produktif) karena secret kental dan lumen jalan nafas sempit.
4)        Tachypnea, tachycardi,orthopnea
5)        Gelisah
6)        Berbicara sulit atau pendek karena sesak nafas
7)        Diaphorosis
8)        Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan
9)        Fatigue
10)    Tidak toleran terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara
11)    Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran
12)    Meningkatakan ukuran diameter anteroposterior ( barrel chest )
13)    Serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur
14)    Auskultasi ; terdengar ronki dan crackles

E.     PATOFISIOLOGI
·           Asthma pada anak terjadi adanya penyempitan jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulasi lain.
·           Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bonkus menjadi spasme dan zat antibody tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE dimunculkan pada receptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran histamine dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
·           Respon asthma terjadi daalam tiga tahap; pertama tahap immediate yang ditandai dengan bronkokonstriksi (1-2 jam), tahap delayed dimana bronkokonstriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus menerus 2-5 jam lebih lama; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperreponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
·           Asthma juga dapat terjadi factor ppencutusnya karena latihan, kecemasan dan udara dingin.
·           Selama serangan asthmatic, bronkiolus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mokus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat mmenimbulkan distress pernafasan.
·           Anak yang mengalami asthma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2, sehingga terjadi penurunan pO2 (hypoxia). Selama serangan asthmatic, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian system pernapasan akan mengadakan konpensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).

F.     KOMPLIKASI
1)   Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2)   Chronic persistent bronchitis
3)   Bronchiolitis (infeksi paru-paru)
4)   Pneumonia (paru-paru basah)
5)   Emphysema (penyakit paru obstruktif kronik)

G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1)   Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
2)   Foto rontgen
3)   Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
4)   Pemeriksaan alergi ( radioallergosorbent test; RAST )
5)   Pulse oximetry
6)   Analisa gas darah

H.    PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
1)   Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker
2)   Terapi cairan atau parenteral
3)   Terapi pengobatan sesuai program;
Beta2 agonist untuk mengurangi bronkospasme: Albuterol (proventil, ventolin); dengan pemberian oksigen, dosis oral; 0,1 mg/kg setiap 8 jam; nebulizer; 0,15 mg/kg per dosis dalam 2 ml normal salin; inhalasi 1 atau 2 isapan setiap 4-6 jam. Efeknya; tachycardia, palpitasi, pusing kepala, mual, dysrhythmia, tremor, hypertensi dan insomnia. Intervensi keperawatan; jelaskan pada orang tua  tentang efek samping dan cara melakukan nebulizer dan fisioterapi dada.
Terbutalin;
Dosis; usia 2-6 tahun; 0,15 mg/kg tiga hari sekali (tidak lebih dari 5 mg per hari); 6-14 tahun; 2 mg tiga kali sehari ( tidak lebih dari 24 mg per hari ); 14 tahun dan dewasa; 2-6 mg/kg dalam tiga kali sehari atau empat kali sehari ( tidak lebih dari 32 mg per hari); inhalasi; 1 atau 2 hisapn setiap 4-6 jam; nebulizer; 0,5-1,5 mg setiap 4-6 jam. Efek smaping : tachycardia, pusing kepala, tremor atau gemetar, mual dan insomnia Intervensi keperawatan; monitor efek samping dna ajarkan pada orang tua prinsip pemberian pengobatan.
Metaprotenol ( alupen, metaprel )
Dosis; 0,3-0,5 mg/kg perdosis setiap 6-8 jam; maksimum 20 mg per dosis. Efek samping; tachycardia, palpitasi, hipertensi, gemeteran, lemah, pusing, mual, muntah, mulut rasa tidak enak.
Dilatasi bronkus dan bronkiolus, mengurangi bronkospasme, dan meningkatkan kebersihan jalan nafas.
Theophylline ethylenediamine ( Aminophylline )
Dosis; pada klien tanpa thophylline, dosi; 6 mg/kg dan melalui intravena; usia 6-9 bulan: 1,0-1,2 mg/kg/jam usia 9-12 jam; 0,9-1,0 mg/kg/jam usia 12-16 tahun: 0,6-0,7 mg/kg/jam.
Pemberian dengan melalui aliran cairan intravena jangan lebih dari 25 per menit.
Efe samping; tachycardia, dysrhytmias, palpitasi, iritasi, gastrointestinal, rangsangan system saraf pusat; gejala toxic; sering muntah, haus, demam ringan, palpitasi, tinitis dan kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran infuse secara ketat, gunakan alat infuse khusus misalnya; infuse pompa.


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
·      Riwayat asthma atau alergi dan serangan asthma yang lalu, alergi dan masalah pernafasan
·      Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit dan pengobatan
·      Fase akut; tanda-tanda vital, usaha nafas dan pernafasan, retraksi dada, penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping hidung, pulse oximetry. Suara nafas; wheezing, menurunnya suara nafas. Kaji status neurologi; perubahan kesadaran, meningkatnya fatigue, perubahan tingkah laku. Dan kaji status dehidrasi.
·      Riwayat psikososial; factor pencetus; stress, latihan, kebiasaan dan rutinitas, perawatan sebelumnya.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)   Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas berhubungan denganbronkospasme, edema mucosal dan meningkatnya secret.
2)   Fatigue berhubngan dengan hypoxia dan meningkatnya usaha nafas
3)   Kecemasan berhubungna dengan hospitalisasi dan distress pernafasan
4)   Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan
5)   Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik
6)   Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan

C.    ASUHAN KEPERAWATAN
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria hasil
Intervensi
Implementasi
1
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas berhubungan denganbronkospasme, edema mucosal dan meningkatnya secret
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama……gangguan pertukaran gas pasien teratasi dengan criteria hasil:
·                     Anak tidak menunjukkan gangguan ketidakseimbangan asam basa yang ditandai dengan saturasi O2 lebih kurang 95%
1.     Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat dan pembersihan jalan nafas
1.1.    Pertahankan kepatenan jalan nafas; pertahankan support ventilasi bila diperlukan
1.2.    Kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15 menit sampai 4 jam.
1.3.    Berikan oksigen sesuai program dan pantau pulse oximetry dan batasi (penyapihan) atau tanpa alat bantu bila kondisi telah membaik.
1.4.    Kaji kenyamanan posisi tidur anak
1.5.    Monitor efek samping pemberian pengobatan; monitor serum darah; theophylline dan catat kemudian laporkan ke dokter. Normalnya 10-20 ug/ml pada semua usia.
1.6.    Kaji gejala dan tanda efek samping theophyline seperti;mual dan muntah pada gejala awal, cardiopulmonal mencakup, tachycardia, dysrhytmia, tachypnea, dieresis, irritability dan kemungkinan kejang.
1.7.    Berikan cairan yang adekuat per oral atau parenteral
1.8.    Pemberian terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada bila indikasi, ajarakan batuk dan nafas dalam efektif setelah pengobatan dan pengisapan secret (suction)
1.9.    Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan kecemasan
1.10. Berikan terapi berrmain sesuai dengan usia

2
Fatigue berhubngan dengan hypoxia dan meningkatnya usaha nafas

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama……fatigue pasien teratasi dengan criteria hasil:
·  Anak tidak tampak iritabel, dapat berpartisipasi dan aktivitas yang sesuai dengan kondisi

1.     Memberikan istirahat yang cukup, mencegah hypoxia, dan mengurangi kerja berat pernafasan
1.1.    Kaji tada dan gejala hypoxia; kegelisahan, fatigue, iritabel, tachycardia, tachypnea
1.2.    Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat membuat anak lelah, berikna istirahat yang cukup
1.3.    Instruksikan pada orang tua untuk tetap berada di dekat anak
1.4.    Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan posisi
1.5.    Berikan oksigen humidifiikasi sesuai program
1.6.    Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha napas setelah terapi
1.7.    Setelah krisis, ajarkan untuk aktivitas yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan untuk meningkatkan ventilasi dan memperluas perkembangan psikososial
3
Kecemasan berhubungna dengan hospitalisasi dan distress pernafasan
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama……kecemasan pasien teratasi dengan criteria hasil:
·   Kecemasan menurun yang ditandai dengann anak tenang dan dapat mengkspresikan perasaannya, begitu juga orang tua merasa tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak.

1.     Memeberikan lingkungan yang tenang dan mengurangi kecemasan
1.1.    Ajarkan tekhnik relaksasi; latihan nafas dalam, menggunakan penggunaan bibir dan perut, dan ajarkan untuk nerimajinasi
1.2.    Pertahankan lingkungan yang tenang; tenangi anak dan berikan support
1.3.    Ajarkan untuuk ekspresi perasaan secara verbal
1.4.    Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi
1.5.    Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak
1.6.    Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan
4
Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama……resiko kurangnya volume cairan pasien teratasi dengan criteria hasil:
·  Status hidrasi adekuat
·  Turgor kulit elastic
·  Membrane mukosa lembab
·  Intake cairan sesuai dengan usia dan berat badan
·  Output urine >2 ml/kg per jam

1.     Berikan hidrasi yang adekuat
1.1.    Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran), mukosa membaran, turgor kulit, pengeluaran urin, ukur grapitasi urin atau berat jenis urin (nilai 1.003-1.030)
1.2.    Monitor elektrolit
1.3.    Kaji warna sputum, konsistensi dan jumlah
1.4.    Pertahankan terapi parenteral bila indikasi, dan monitor kelebihan (overlood) cairan
1.5.    Berikan intake cairan per oral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat meningkatkan bronkospasme (air dingin)
1.6.    Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas (750-2000 ml), tergantung usia dan berat badan
5
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama……perubahan proses keluarga pasien teratasi dengan criteria hasil:
·  Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat
·  Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psikososial pada anak

1.     Mengkaji proses koping keluarga
1.1.    Berikan kesempatan orang tua untuk ekspresi perasaan
1.2.    Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress
1.3.    Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan
1.4.    Informasikan pada orang tua tentang kondisi anak
1.5.    Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finansial
6
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama……kurangnya pengetahuan pasien teratasi dengan criteria hasil:
·  Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan pengobatan dan mengikuti regimen terapi yang diberikan
1.     Memberikan informasi tentang proses penyakit, perawatan dan pengobatan
1.1.    Kaji tingakta pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, pengobatan, dan intervensi
1.2.    Bantu untuk mengidentifikasi factor pencetus
1.3.    Jelaskan tentang emosi dan stress yang dapat menjadi factor pencetus
1.4.    Jelaskan pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu pemberian dan pemeriksaan darah
1.5.    Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan control ulang
1.6.    Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas
1.7.    Jelaskan pentingnya terapi bermain sesuai usia

D.    PERENCANAAN PEMULANGAN
1)   Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom
2)   Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah
3)   Hindari factor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan lainnya
4)   Jelaskan tanda-tanda bahaya yang akan muncul
5)   Ajarkan pengunaan nebulizer
6)   Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping, waktu pemberian
7)   Ajarkan strategi control kecemasan, takut dan stress
8)   Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas
9)   Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat