Assalamualaikum, hello guys this is the first time i am sharing on my blog, hahahahaha.... sok ingrris maklum lagi belajar. guys ini postingan pertama aku, disini aku ingin berbagi dengan kalian seputar Pemeriksaan Fisik yang sering dilakukan oleh perawat maupun dokter, dengan bahasa lain mereka menyebutnya Anamnase. pemeriksaan ini tujuannya untuk mengetahui dan melengkapi data pasien dari ujung kepala sampai ke ujung kaki atau "Head to Toe" tentang riwayat pasien dan keadaan fisik pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan
fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan
perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi
pemiliha terapi yang diterima klien dan penentuan respon terhadap terapi
tersebut. (potter dan perry, 2005)
Pemeriksaan
fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnase, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat untuk klien. (Dewi Sartika, 2010)
TEKNIK
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Inspeksi
Inspeksi
adalah pemeriksaan dengan mengguanakn indera peglihatan, pendengaran dan
penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu
gambaran atau kesan umum megenai keadaan keshatan yang dibentuk. Pemeriksaan
kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal
atau bagian dan biasanya menggunakan alat khusus seperti optalomoskop,
otoskop, speculum dan lain lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Inspeksi
addalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
Focus
in.speksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi dan penonjolan/pembengkakan. Setelah inspeksi
perlu dibandingakn hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian
tubuh lainnya.
2.
Palpasi
Palpasi adalah
pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan pada
bagian tubuh yang dapat dijangkau tangan. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997)
Palapai adalah teknik
pemeriksaan yang menggunakan indera peraba; tangan dan jari-jari, untuk
mendeterminasi cirri-ciri jaringan atau organ seperti : temperature,
keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonojolan. (Dewi
Sartika, 2010)
Hal yang
diddeteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan
atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
3.
Perkusi
Perkusi
adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh untuk menghasilkan
bunyi yang akan membantu dalam penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur dibawahnya.
(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Perkusi
adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan
suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/lokasi dan konsistensi jaringan. (Dewi Sarika, 2010)
4.
Auskultasi
Auskultasi
adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam organ
dan jaringan tubuh. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Auskutasi
adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara medengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasaya menggunakn alat yang disebut dengan stetoskop.
Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus. (Dewi
Sartika, 2010)
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada beberapa prinsip
yang harus diperhatikan, yaitu:
a.
Control infeksi
Meliputi
mencucui tangan, memasang sarrung tangan steril, memasang masker, dan membantu
klien mengenakan baju periksa jika ada.
b.
Control lingkungan
Yaitu
memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat dan cukup penerangan untuk
melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri.
Misalnya menutup pintu/jendela atau skerem untuk menjaga privacy klien.
1.
Komunikasi (penjelasan prosedur)
2.
Privacy dan kenyamanan klien
3.
Sistematis dan konsisten (head to toe,
dari eksternal ke internal, dari normal ke abnormal)
4.
Berada di sisi kanan klien
5.
Efisiensi
6.
Dokumentasi
TUJUAN
PEMERIKSAAN FISIK
Secara umum,
pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
1.
Untuk mengumpulkan data dasar tentang
kesehatan klien.
2.
Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau
menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.
3.
Untuk mengkonfiramsi dan
mengindentifikasi diagnose keperawatan.
4.
Untuk membantu penilaian klinis tentang
perubhana status kesehatan klien dan penatalaksanaan.
5.
Untuk mengevaluasi hasil fisiologi dari
asuhan.
Namun
demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu yang akan
dijelaskan nanti di setiap bagian tibug yang akan dilakukna pemeriksan fisik.
MANFAAT PEMERIKSAAN
FISIK
Pemeriksaan fisik memiliki
banyak manfaat, abik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi kesehatan lain,
diantaranya:
1.
Sebagai data untuk membantu perawata
dalam menegakkan diagnose keperawatan
2.
Mengetahui masalah kesehatan yang
dialami klien
3.
Sebagai dasar untuk memilih intervensi
keperawatan yang tepat
4.
Sebagai data untuk mengevaluasi hasil
dari asuhan keperawatan
INDIKASI
Mutlak dilakukan pada
setiap klien, terutama pada;
1.
Klien yang baru masuk ke tempat
pelayanan kesehatan untuk dirawat
2.
Secara rutin pada klien yang seddang
dirawat
3.
Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien
PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK
persiapan
a.
Alat
Meteran, timbangan BB, penlight, stetoskop, tensimeter/spighmomanometer,
thermometer, arloji/stopwatch, refleks hammer, otoskop, hanschoon bersih (jika
perlu), tissue, buku catatan perawat. Alat diletakkan
ditempat tidur klien yang akan diperiksa.
b.
Lingkunagan
Pastikan ruangan dalam keadaaan nyaman, hangat, dan
cukup penerangan. Misalnya menutup pintu/jendela atau skerem untuk menjaga privacy
klien.
c.
Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju perioksa jika ada dan
anjurkan klien untuk rileks.
Prosedur
Pemeriksaan
a.
Cuci tangan
b.
Jelaskan prosedur
c.
Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di
sebelah kanan klien dan pasang handschoen bila diperlukan
d.
Pemeriksaan umum meliputi: penampilan
umum, status mental dan nutrisi.
Posisi klien : duduk/berbaring
Cara
: inspeksi
1.
Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah,
mood. (Normal : kesadaran penuh/compos mentis, ekspresi sesuai, tidak ada
menahan nyeri/ sulit bernafas)
2.
Tanda-tada stress/ kecemasan (Normal :
relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut)
3.
Jenis kelamin
4.
Usia dan gender
5.
Tahapan perkembangan TB, BB (Normal :
BMI dalam batas normal)
6.
Kebersihan personal (Normal : bersih dan
tidak bau)
7.
Cara berpakaian (Normal : benar/ tidak
terbalik)
8.
Postur dan cara berjalan
9.
Bentuk dan ukuran tubuh
10.
Cara bicara (Normal : relaks, lancer,
tidak gugup)
11.
Evaluasi dengan membandingkan dengan
keadaan normal
12. Dokumentasi
hasil pemeriksaan
ANAMNASE
1.
keluhan utama, merupakan keluhan yang
dirasakan klien, sehingga menjadi alasan klien dibawa ke rumah sakit.
2.
Riwayat penyakit sekarang
Kronologis dari
penyakit ynag diderita saat ini mulai dari awal hingga dibawa ke RS secara
lengkap meliputi:
P = Provoking atau Paliatif
Apa penyebab gejala? Apa yang
dapat mengurangi dan memperberat penyakitnya? Apa yang dilakukan pada saat
gejala mulai dirasakan? Keluhan psikologis yang dirasakan?
Q = Quality dan Quantity
Seberapa tingkat keparahan
yang dirasakn klien
R
= Regio atau Radiation
Pada area mana gejala dirasakan?
Sejauh mana penyebarannya?
S
= Severity
Tingkat/skala keparahan, hal-hal yang
memperberat atau mengurangi keluhan
T
= Time
Kapan gejala mulai muncul? Seberapa
sering dirasakan? Apakah timbul tiba-tiba atau bertahap? Kambuhan, dna lama
dirasakan?
3.
Riwayat Penyakit Yang Lalu
Penyakit apa saja yang
pernah dialami klien, baik yang ada hubungannya dengan penyakit yang diderita
sekarang atau tidak ada hubungannnya dengan penyakit yang di derita sekarang,
riwayat operasi, dan termasuk riwayat alergi.
4.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita
penyakit yang sama? Penyebab kematian bila ada anggota keluarga yang meninggal?
Apakah ada jenis penyakit herediter dalam keluarga?
POLA PEMELIHARAAN
KESEHATAN
a.
Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Mengkaji jenis, jumlah,
dan waktu makan selama di rumah dan di rumah sakit, pantangan makanan?
Kesulitan menelan, mengunyah, mual, anoreksia? Usaha mengatasi kesulitan yang
dialami klien?
b.
Pola Eliminasi
Mengkaji jumlah, warna,
abu, konsistensi, konstipasi, incontinentia, frekuensi, BAB dan BAK klien?
Upaya mengatasi masalah yang dialami klien?
c.
Pola Istirahat Tidur
Mengkaji waktu mulai
tidur, waktu bangun, penyulit tidur, yang mempermudah tidur, gangguan tidur,
pemakaian jenis obat tidur, hal yang menyebabkan klien mudah terbangun?
d.
Pola Kebersihan diri/Personal Hygeine
Mengkaji status
kebersihan mulai dari rambut hingga kaki, frekuensi mandi, gosok gigi, cuci
rambut, potong kuku?
e.
Aktivitas lain
Olah raga yang dilakukan, hobby
dsb?
RIWAYAT
PSIKOLOGIS
a.
Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati
dan perasaan klien, tingkah laku yang menonjol, suasana yang membahagiakan
klien, stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman.
b.
Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak
hati-hati dalam berbicara, apakah pola komunikasinya spontan atau lambat,
apakah klien menolak untuk diajak kkomunikasi, apakah komunikasi klien jelas,
apakah klien menggunakan bahasa isyarat.
c.
Pola Interaksi
Kepada siapa klien
berespon, siapa orang yang dekat dan dipercaya klien, apakah klien aktif atau
pasif dalam berinteraksi, apakah tipe kepribadian klien terbuka atau tertutup.
d.
Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme
koppign klien dalam mengatasi masalahnya
e.
Damapak di Raeat di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik
dan psikologis selama klien di rawat di RS.
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
a.
Latar Belakang Sosial, Budaya dan
Spiritual klien
Apakah klien aktif
dalam kegiatan masyarakat, apakah ada konflik social yang dialami klien,
bagaimana ketaaatan klien dalam menjalankana agamanya, apakah klien mempunyai
teman dekat yang senantiasa siap membantu.
b.
Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan
klien selama dirawat, apakah ada masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya
PENGUKURAN TANDA VITAL
Posisi klien : duduk /
berbaring
a.
Suhu Tubuh (Temperatur)
Pada orang dewasa pada
axillar, pada bayi dan anak pada rectal atau oral, dan pada kkondisi yang
memerlukan tingkat akurasi yang memerlukna tingkat akurasi yang tinggi pada
orang dewasa bias per-oral atau per-rectal (Normal : 36,5 – 37,5oC)
b.
Tekanan Darah (TD)
TD normal : 120/80 mmHg
Perhatikan
karakteristik suara aliran darah dalam arteri berikut:
1.
Bunyi Korothkof I : bunyi yang pertama
tedengar lemah, nadanya agak tinggi, terdengar tak-tek…. (Suara Sistol)
2.
Bunyi Korotkhof II : adanya bunyi
seperti K I, tapi diserrtai bising, terdengar tekss,,,, atau tekrd.
3.
Bunyi Korotkhof III : adanya bunyi yang
berubah menjadi keras, nada rendah tanpa bising, terdengar deg…deg…
4.
Bunyi Korotkhof IV : saat bunyi jelas
seperti K III melemah
5.
Bunyi Korotkhof V : saat bunyi menghhilang
(Suara
Diastol)
c.
Nadi
Meraba nadi radial yang
termudah, bila tidak teraba nadi carotic atau apical, pada bayi nadi temporal
a)
Frekuensi = normal : 60-100 x/menit
Takikardi
: > 100
Bradikardi : <6 span =””>
b) Keteraturan
= normal : teratur
c)
Kekuatan = 0: tidak ada denyutan
1+ : denyutan kurang
teraba
2+ : denyutan mudah
teraba, tak mudah lenyap
3+ : denyutan kuat dan
mudah teraba
d.
Pernafasan
Dengan menyilangkan
tangan klien di dada amati pergerakan dinding klien
a)
Frekuensi : normal : 15 – 20 x/menit
Takipnea : > 20
Bradipnea : < 15
b) Keteraturan
: normal : teraatur
c)
Penggunaan otot bantu pernafasan :
normal : tidak ada setelah diadakan pemeriksaan tanda-tanda vital evaluasi
hasil yang di dapat dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yan didapat.
PEMERIKSAAN KULIT DAN
KUKU
Tujuan :
1)
Mengetahui kondisi kulit dan kuku:
turgor kulit dan tekstur kulit, lesi atau bekas luka
2)
Mengetahui perubahan oksigenasi,
sirkulasi, kerusakan jaringan setempat, dan hidrasi.
Persiapan:
1)
Posisi klien: duduk/berbaring
2)
Pencahayaan yang cukup/ lampu
3)
Sarung tangan (untuk lesi basah dan
berair)
Prosedur pelaksanaan
a.
Pemeriksaan kulit
Inspeksi: kebersihan,
warna, pigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan), lesi/perlukaan,pucat, sianosis,
dan ikterik.
Palpasi:
kelembapan, suhu permukaan
kulit (akral dingin atau hangat), tekstur (kasar/halus), ketebalan, turgor
kulit (elastic atau tidak), dan edema?
·
Derajat 0 : kembali spontan
·
Derajat 1 : kembali dalam 1 detik
·
Derajat 2 : kembali dalam 2 detik
·
Derajat 3 : kembali dalam waktu lebih
dari 2 detik
Normal : lembab, turgor baik/elastic,
tidak ada edema. Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil
yang didapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
Identifikasi
luka pada kulit
A. Tipe
Primer
a.
Macula : perubahan warna kulit, tidak
teraba, batas jelas, bentk melingkar kurang dari 1 cm.
Patch
: bentuk melingkar lebih dari 1 cm
b.
Papula : menonjol, batas jelas, elevasi
kulit padat, kurang dari 1 cm, plaque lebih dari 1 cm
c.
Nodule : tonjolan padat berbatas jelas,
lebih dalam dan lebih jelas dari pada papula ukuran 1-2 cm, tumor lebih dari 2
cm
d.
Vesikula : penonjolan pada kulit, bentuk
bundar, berisi cairan serosa, diameter kurang dari 1 cm, bulla diameter
lebih dari 1 cm
B. Tipe
Sekunder
a.
Pustule : vesikel/ bulla yang berisi
nanah
b.
Ulkus : luka terbuka yang diakibatkan
oleh vesikula/bulla yang pecah
c.
Crusta : cairan tubuh yang mongering
(serum, darah/nanah)
d.
Exsoriasi : pengelupasan epidermis
e.
Scar : pecahnya jarigan kulit sehingga
terbentuk celah retakan
f.
Lichenifikasi : penebalan kulit karena
garukan atau tertekan terus
Kelainan
– kelainan pada kulit
a.
Naevus Pigmentosus : hiperpigmentasi
pada kulit dengan batas jelas (tahi lalat)
b.
Hiperpigmentasi : Daerah kulit yang
warnanya lebih gelap dari yang lain (Cloasma Gravidarum)
c.
Vitiligo / hipopigmentasi : daerah kulit
yang kurang berpigment
d.
Tattoo : hiperpigmentasi buatan
e.
Haemangioma : bercak kemerahan pada
pembuluh darah, dapat merupakan tumor jinak atau tahi lalat.
f.
Angioma / toh : pembengkakan yang
terbentuk oleh proliferasi yang berlebihan dari pembuluh darah
g.
Spider Naevi : pelebaran pembuluh darah
arteriola dengan bentuk aliran yang khas seperti kalajengking dan bila ditekan
hilang.
h.
Striae : garis putih pada kulit yang
terjadi akibat pelebaran kulit, dapat ditemui pada ibu hamil.
Prosedur
Pelaksanaan
b.
Pemeriksaan Kuku
Tujuan :
1)
Untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan
panjang
2)
Untuk mengetahui kapiler refill
Inspeksi : catat mengenai warna, kebersihan, bentuk : clubbing
karena hypoxia pada kanker paru, beau’s lines pada penyakit difisisensi
fe/anemia fe, dan warna kuku (biru; sianosis, merah; peningkatan visibilitas
Hb).
Normal :
bersih, bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger), tidak
ikterik atau sianosis.
Palpasi : catat adanya nyeri tekan, ketebalan kuku dan capillary
refile (pengisian kapiler, padda pasien hypoxia lambat s/d 5-15
detik).
Normal
: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
Setelah diadakan pemeriksaan kuku
evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkana dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
Pemeriksaan
kepala, wajah, mata, telinga, mulut dan leher
Posisi klien : duduk, untuk pemeriksaan
wajah sampai dengan leher, perawat berhadapan dengan klien.
PEMERIKSAAN
KEPALA, RAMBUT, WAJAH, MATA, TELINGA, HIDUNG, MULUT, LEHER DAN TENGGOROKAN,
DADA, ABDOMEN, EKSTREMITAS ATAS, EKSTREMITAS BAWAH,GENITALIA.
PEMERIKSAAN
KEPALA
Tujuan
:
1)
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
2)
Mengetahui kelainan yang terdapat di
kepala
Persiapan alat :
1)
Lampu
2)
Sarung tangan (jika diduga terdapat lesi
atau luka)
Proserdur pelaksanaan
Inspeksi
: ukuran lingakar kepala,
bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit
kepala, warna rambut, jumlah dna distribusi rambut.
Normal
: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan
gizi (rambut jagung dan kering).
Palpasi
: adanya
pembengkakan/penonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala
sesuai kebutuhan.
Normal :
tidak ada penonjolan/pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.
Setelah
diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.
PEMERIKSAAN RAMBUT
Tujuan :
1)
Untuk mengetahui warna, tekstur dan
percabangan pada rambut
2)
Untuk mengetahui mudah rontok dan kotor
Tindakan :
I = distribusi rambut merata atau tidak,
bercabang.
P
= mudah rontok/tidak, tekstur kasar/halus
PEMERIKSAAN
WAJAH
Inspeksi
: warna kulit, pigmentasi, bentuk
dan kesimetrisan.
Normal
: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.
Palpasi
: nyeri tekan dahi, dan edema,
pipi, dan rahang.
Normal : tidak ada
nyeri tekan dan edema.
Setelah
diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang dapat
tersebut.
PEMERIKSAAN MATA
Tujuan :
1) Mengetahui
bentuk dan fungsi mata (medan penglihatan, visus dan otot-otot mata)
2) Mengetahui
adanya kelainan pada mata atau peradangan pada mata.
Peersiapan
alat :
1) Senter
kecil
2) Surat
kabar atau majalah
3) Kartu
Snellen
4) Penutup
mata
5) Sarung
tangan
Prosedur
pelaksanaan
Inspeksi : bentuk,
kesimetrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimetrisan bola
mata, warna, konjungtiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata/lensa
kontak, dan respon terhadap cahaya.
Normal
: simetris
mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera
berwarna putih.
Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang
mungkin berbeda dengan orang lain. Tajam penglihatan tersebut merupakan derajat
persepsi deteil dan contour beda. Cisus tersebut dibagi dua yaitu :
1) Visus
sentralis
Visus
sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat.
a.
Visus sentralis jauh merupakan ketajaman
penglihatan untuk melihat benda benda yang letaknya jauh, pada keadaan ini mata
tidak melakukan akomodasi. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
b.
Virus sentralis dekat yang merupakan
ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis
dan lain-lain. Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda
tepat jatuh di retina (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
2) Visus
periver
Pada
visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan diperiksa dengan
perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal tempat suatu benda
terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada
bahaya dari samping. Dalam klinis visus sentralis jauh tersebut diukur dengan
menggunakan grafik huruf snellen yang dilihat pada jarak 20 fert atau sekitar 6
meter. Jika hasil pemeriksaan tersebut visusnya e”20/20 maka tajam
penglihatannya dikatakan normal
Prosedur
pemeriksaan visus dengan menggunakan snellen yaitu:
1) Memperkenalkan
diri dan menjelaskan maksud tujuan pemeriksaan.
2) Meminta
pasien duduk menghadap kartu snellen dengan jarak 6 meter.
3) Memberikan
penjelasan apa yang harus dilakukan (pasien diminta mengucapkan apa yang
ditunjuk di kartu snellen) dengan menutup salah satu mata dengna tangannya
tanpa ditekan (mata kiri ditutup dulu)
4) Pemeriksaan
dilakukan dengan meminta pasien menyebutkan symbol di kartu snellen dari kiri
ke kanan, atas ke bawah.
5) Jika
pasien tidak bisa melihat satu symbol maka diulang lagi dari barisan atas. Jika
tetap mkaa nilai visus oculi dextra = jarak pasien masih bisa membaca
hitungan/60.
6) Jika
pasien juga tidak bisa membaca hitungan jari maka pasien diminta untuk melihat
adanya gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter (nilai visus oculi dextranya
1/300)
7) Jika
pasien juga tetap tidak bisa melihat adanya gerakan tangan, maka pasien diminta
untuk menunjukkan ada atau tidaknya sinar dan arah sinar (Nilai visus oculi
dextra 1/tidak hingga). Pada keadaan tidak mengetahui cahaya nilai visus oculi
dextranya nol.
8) Pemeriksaan
dilanjutkan dengan visus oculi sinistra dengan cara yang sama.
9) Melaporkan hasil visus oculi sinistra dan dextra. (pada
pasien vos/vodnya “x/y” artinya mata kanan pasien dapat melihat sejauh x meter,
sedangkan orang normal dapat melihat sejauh y meter).
Pemeriksaan
Pergerakan Bola Mata
Pemeriksaan Pergerakan Bola Mata Dilakukan Dengan
Cara Cover-Uncover Test/Tes Tutup-Buka Mata
Tujuan
: untuk mengidentifikasi adanya
Heterophoria
Heterophoria berhubungan dengan
kelainan posisi bola mata, dimana terdapat penyimpangan posisi bola mata yang
disebabkan adanya gangguan keseimbangan otot-otot bola mata yang tersembunyi
atau sifatnya latent. Ini berarti mata itu cenderung untuk menyimpang atau
juling, namun tidak nyata terlihat.
Pada phoria, otot-otot
ekstrinsik atau otot luar bola mata berusaha lebih tengang atau kuat untuk
menjaga posisi kedua mata tetap sejajar. Sehingga rangsangan untuk berfusi atau
menyatu inilah menjadi factor utama yang membuat otot-otot tersebut berusaha
extra atau lebih, yang pada akhirnya menjadi beban bagi otot-otot tersebut,
sehingga timbul rasa kurang nyaman atau Asthenopia.
Dasar pemeriksaan cover-uncover test / tes
tutup-buka mata :
1) Pada
orang yang Heterophoria maka apabila fusi kedua mata diganggu (menutup salah
satu matanya dengan penutup/occlude, atau dipasangkan suatu filter), maka
deviasi atau penyimpangan laten atau tersembunyi akan terlihat.
2) Pemeriksa
member perhatian kepada mata yang berada dibelakang penutup.
3) Sewaktu
tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal) kearah dalam
(nasal) pada mata yang baru saja ditutup, berarti terdapat kelainan EXOPHORIA.
4) Sewaktu
tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari dalam (nasal) luar kearah
(temporal) pada mata yang baru saja ditutup, berarti terdapat kelainan ESOPHORIA.
5) Sewaktu
tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari atas (superior) ke arah bawah
(inferior) pada amta yang baru saja ditutup, berarti terdapat kelainan HYPERPHORIA.
6) Sewaktu
tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari bawah (inferior) kearah atas
(superior) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan HYPORPHORIA.
Alat
/ sarana yang dipakai : 1. Titik/lampu
untuk fiksasi
2.
jarak pemeriksaan :
Jauh : 20 feet (6 meter)
Dekat : 14 Inch (35 cm)
3.
Penutup/Occluder
Prosedur
pemeriksaan :
1) Minta
pasien untuk selalu dan memperhatikan titik fiksasi, jika objek jauh kurang
jelas, maka gunakan kacamata koreksinya.
2) Pemeriksa
menempatkan dirinya di depan pasien sedemikian rupa, sehingga apabila terjadi
gerakan dari mata yang baru saja ditutup dapat dilihat dengan jelas atau
dideteksi dengan jelas.
3) Perhatian
dan konsentrasi pemeriksa selalu pada mata yang ditutup.
4) Sewaktu
tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal) kearah dalam
(nasal) pada mata yang baru saja diitutup, berarti terdapat kelainan EXOPHORIA.
Exophoria dinyatakan dengan inisial X (gambar D)
5) Sewaktu
tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari dalam (nasal) luar kea rah
(temporal) pada mata yang baru saja ditutup, berarti terdapat kelainan
ESOPHORIA. Esophoria dinyatakan dengan inisial E (gambar C)
6) Sewaktu
tutup dibuka, terlihat adanya gerakan dari atas (superior) kearah bawah
(inferior) pada mata yang baru saja ditutup, berarti terdapat kelainan
HYPERPHORIA. Hyperphoria dinyatakan dengan inisial X (gambar E).
7) Sewaktu
tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari bawah (inferior) kearah atas
(superior) pada mata yang baru saja ditutup, berarti terdapat kelainan
HYPOPHORIA. Hypophoria dinyatakan dengan inisial X (gambar F)
8) Untuk
mendeksi heterophoria yang kecil, seringkali kita tidak dapat mengenali adanya
suatu gerakan, seolah posisi mata tetap ditempat. Untuk itu metode ini sering
kita ikuti dengan metode tutup mata bergantian (Alternating Cover Test).
Pemeriksaan
Tekanan Bola Mata :
Dengan menggunakan tonometri atau palpasi bola
mata untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau konsistensi bola mata.
Pemeriksaan dengan Oftalmoskop
Oftalmoskop adalah alat dengan
system cermin optic untuk melihat anatomi interna dari mata. Ada dua cakram pada
oftalmoskop:
Satu
untuk mengatur lubang cahaya (dan filter), dan satu lagi untuk merubah lensa
untuk mengoreksi kesalahan retraktif baik dari pemeriksa maupun pasien.
Lubang-lubang dan filter-filter
yang paling kecil ynag paling penting adalah lubang kecil, lubang besar, dan
filter bebas me rah. Lubang kecil adalah untuk pupil yang tidak berdilatasi;
lubang besar untuk pupil yang berdilatasi; dan filter bebas-merah menyingkirkan
sinar merah dan dirancang untuk melihat pembuluh darah serta perdarahan. Dengan
filter ini, retina tampak abu-abu, diskus berwarna putih, macula kuning, dan
darah tampak berwarna hitam.
Menggunakan oftalmoskop
1) Oftalmoskop
dipegang dengan tangan kanan di deapn mata pemeriksa, untuk memeriksa mata
kanan pasien. Pasien diminta untuk melihat lurus ke depan dan mata terfiksasi
pada sasaran yagn jauh. Jika pemeriksa menggunakan kacamata, maka kacamata
harus dilepas supaya dapat meliat retina dengan lebih baik.
2) Lampu
oftolmoskop dinyalakan, lubang dipindahkan ke lubang kecil.
3) Pemeriksa
harus memulai dengan diopter lensa diatur pada angka “0” jika ia tidak
menggunakan kacamata. Pemeriksa yang miopi harus memulai dengan lensa “minus”,
yang ditunjukkan oleh angka-angka berwarna merah; pemeriksa yang hiperopia akan
memerlukan lensa “plus” yang ditunjukkan oleh angka-angka berwarrna hitam. Jari
telunjuk tetap pada cakram untuk memudahkan mengatur focus.
4) Oftalmoskop
diletakkan berlawanan dengan dahi pemeriksa, sedangkan ibu jari kiri pemeriksa
mengangkat kelopak mata kanan pasien.
5) oftalmoskop
dan kepala pemeriksa harus berfungsi sebagai satu unit. Pemeriksa yang melihat
melalui oftalmoskop, harus mendekati pasien setinggi mata sejauh sekitar 15
inci pada sudut 20o lateral dari pusat, cahaya harus menyinari
pupil. Pantulan sinar berwarna merah, reflex merah, dapat terlihat pada pupil.
Pemeriksa harus memperhatikan setiap kekeruhan pada kornea atau lensa.
6) Dengan
bergerak kea rah pasien dengan garis 20o yang sama, pemeriksa akan
mulai melihat pembuluh darah retina. Pemeriksa harus bergerak lebih dekat ke
pasien, membawa lengan yang memegang oftalmoskop berlawanan dengan dagu pasien.
Jika sudah terjadi kontak dengan pasien, maka akan terlihat pupil saraf optikus
atau pembuluh darah. Dengan memutar roda diopter. Unit tenaga optic dari lensa
untuk sinar cahaya divergen atau konvergen.
7) Setelah
dilakukan pemeriksaan mata evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.
Palpasi
Tekan secara ringan untuk
mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler) jika ada eningkatan akan teraba
keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya nyeri tekan.
PEMERIKSAAN
TELINGA
Tujuan :
mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan
fungsi pendengaran.
Persiapan
alat : a) arloji berjarum
detik
b) garpu tala
c) speculum telinga
d) lampu
kepala
Prosedur Pelaksanaan
a.
Inspeksi
Bentuk
dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang
telinga (cerumen/ tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar.
Normal
: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan
kulit lain, tidak ada tanda-tanda
infeksi, dan alat bantu tidak ada alat bantu dengar.
b.
Palapsi
Nyeri
tekan aurikuler, mastoid dan tragus.
Normal
: tidak ada nyeri tekan.
Setelah
diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.
Pemeriksaan
Dengan Bisikan
1.
Mengatur pasien berdiri membelakangi
pemeriksa pada jarak 4-6 meter.
2.
Menginstruksikan pada klien untuk
menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
3.
Membisikan suatu bilangan missal “6 atau
5”.
4.
Menyuruh pasien mengulangi apa yang
didengar.
5.
Melekukan pemerikssaan telinga yang
satu.
6.
Bandingkan kemampuan mendengar telinga
Ka.Ki.
Pemeriksaan Dengan
Arloji
1.
Mengatur suasana terang
2.
Pegang sebuah arloji disamping telinga
klien
3.
Menyuruh klien mengatakan apakah
mendengar suara detak arloji.
4.
Memindahkan arloji secara berlahan-lahan
menjauhi telinga dan suruh pasien menyatakan tak mendengar lagi.
5.
Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat
didengar.
Pemeriksaan Telinga
Dengan Garpu Tala
a.
Pemeriksaan Rinne
1.
Pegang garpu tala pada tangkainya dan
pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan yang berlawanan.
2.
Letakkan tangkai garpu tala pada
prosesus mastoideus klien.
3.
Anjurkan klien untuk member tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan
getaran lagi.
4.
Angkat garpu tala dan dengan cepat
tempatkan didean lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala parallel
terhadap lubang telinga luar klien.
5.
Instruksikan klien untuk member tahu
apakah ia masih mendengarkan suara atau tidak.
6.
Catat hasil pemeriksaan pendengaran
tersebut.
b.
Pemeriksaan Webber
1.
Pegang garpu tala pada tangkainya dan
pukulkan ke telapak atau buku jari yang berlawanan.
2.
letakkan tangkai garpu tala di tengah
puncak kepala klien.
3.
Tanyakan pada klien apakah bunyi
terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu
telinga.
4.
Catat hasil pemeriksaan dengan
pendengaran tersebut.
Tes Weber
1.
Pegang GT pada tangkainya dan puukulkan
pada telapak tangan atau jari.
2.
Letakkan tangkai GT ditengah puncak
kepala/os. Frontalis atas.
3.
Tanyakan pada klien apakah bunyi
terdengar sama jelas antara telinga Ka.Ki atau hanya jelas pada satu sisi saja.
4.
Mencatat hasil pemeriksaan
Tes Swebeck
1.
Untuk mengetahui membandingkan
pendengaran pasien dengan pemeriksa
2.
Dekatkan GT pada telinga klien kemudian
dengan cepat didekatkan ketelinga
pemeriksa.
PEMERIKSAAN HIDUNG DAN
SINUS
Tujuan : 1) mengetahui
bentuk dan fungsi hidung
2) Menentukan
kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
Persiapan
alat : 1) speculum hidung
2) Senter
kecil
3) Lampu
penerang
4) Sarung
tangan (jika perlu)
Prosedur
pelaksanaan
a.
Inspeksi : hidung eksternal (bentuk,
ukuran, warna, kesimetrisan), rongga, hidung (lesi,secret, sumbatan,
pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda-tanda infeksi).
Normal : simetris Ka.Ki, warna sama
dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan
tanda-tanda infeksi.
b.
Palpasi dan perkusi frontalis dan
maksilaris (bengkak, nyeri dan septum deviasi)
Normal : tidak ada bengkak dan nyeri
tekan.
Setelah
diadakan pemeriksaaan hidung dan sinus dan evaluasi hasil yang didapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan dengan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
PEMERIKSAAN MULUT DAN BIBIR
Tujuan : mengetahui bentuk kelainan
mulut dan untuk mengetahui kebersihan mulut
Persiapan Alat : a) senter kecil
b) sudip lidah
c) sarung tangan bersih
d) kasa
Prosedur Pelaksanaan
a.
Inspeksi dan palpasi struktur luar :
warna mukosa mulut dan bibir, tekstur, lesi, dan stomatitis.
Normal
: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis.
b.
Inspeksi dan palpasi struktur dalam :
gigi lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang gusi,
kesimetrisan,warna, posisi lidah, dan keadaan langit-langit.
Normal : gigi lengkap, tidak ada
tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau
radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit-langit utuh dan tidak ada tanda
infeksi.
·
Gigi lengkap pada orang dewasa 36 buah :
16 di rahang atas, 16 di rahang bawah.
·
Pada anak-anak gigi sudah mulai tumbuh
pada usia 6 bulan. Gigi pertama tumbuh dinamakan gigi susu diikuti tumbuhnya
gigi lain yang disebut gigi sulung. Akhirnya pada usia 6 tahun hingga 14 tahun,
gigi tersebut mulai tanggal dan gigi diganti gigi tetap.






1)
Untuk melihat faring gunakan Tongstapel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian
minta klien menjulurkakn lidah dan berkata “AH” amati ovula/epiglottis simetris
tidak terhadap faring, amati tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
2)
Pegang dan tekan daerah pipi kemudian
rasakan apa ada massa/ tumor, pembengkakan dan nyeri.
3)
Lakukan palpasi dasar mulut dengan
menggunakan jari telunjuk dengan memakai handscond, kemudian suruh pasien
mengatakan kata “EL” sambil menjulurkan lidah, pegang ujung lidah dengan kassa
dan tekan lidah dengan jari telunjuk, posisi ibu jari menahan dagu.
4)
Catat apakah ada respon nyeri pada
tindakan tersebut
Setelah diadakan pemeriksaan mulut dan
bibir evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan dengan keadaaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
PEMERIKSAAN LEHER
Tujuan :a) menentukan struktur
integritas leher
b)
mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
c)
memeriksa system limfatik
persiapan Alat : stetoskop
Prosedur Pelaksanaan
a)
Inpeksi leher : warna integritas, bentuk
simetris
Normal : warna sama dengan kulit lain,
integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar gondok.
b) Inspeksi
dan auskultasi arteri karotis : lokasi pulsasi
Normal : arteri karotis terdengar
c)
Inspeksi dan palpasi : kelenjar tiroid (nodus/difus, pembesaran, batas, konsistensi,
nyeri,gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjar limfe (letak, konsistensi,
nyeri, pembesaran), kelenjar parotis (letak, terlihat/teraba)
Normal : tidak teraba pembesaran
kelenjar gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak
ada nyeri.
Dengan inpeksi dan palpasi amati dan
rasakan :
a.
Bentuk leher simetris atau tidak, Ektomorf/kurus ditemukan pada orang dengan gizi jelek
atau TBC, sedangkan Endomorf ditemukan pada
klien obesitas, adakah peradangan, jaringan parut, perubahan warna dan massa.
b.
Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau
tidak dengan meraba pada suprasternal pada saat klien menelan.
Normal : tidak teraba kecuali pada orang
kurus.
c.
Vena jugularis, ada pebesaran atau
tidak, dengan cara melekukan pembendungan pada supraclavikula kemudain tekan
pada ujung proximal venajugularis sambil melepaskan bendungana pada
supraclavikula, ukurlah jarak vertical permukaan atas kolom darah terhadap
bidang horizontal, katakanlah jaraknya a cm di atas atau di bawah bidang
horizontal. Maka nilai tekanan vena jugularis adalah : JVP = 5-a cm, (bila
dibawah bidang horizontal) JVP = 5-a CmHg, (bila di atas bidang horizontal).
Normal: JVP = 5-2 CmHg
d.
Pengukuran langsung tekanan vena melalui
pemasangan CVP dengan memasukkan kateter pada vena,
Normal (tekanan) : CVP = 5-15 CmHg
e.
Palpasi pada leher untuk mengetahui
pembesaran kelenjar limfe leher (Adenopati Limfe) menandakan adanya peradangan
pada daerah kepala, orofaring, infeksi TBC, atau syphilis.
f.
Pembesaran tiroid dapat terjadi karena
defisiensi yodium perhatikan posisi trachea, bila bergeser atau tidak simetris
dapat terjadi karena proses desak ruang atau fibrosis pada paru atau
mediastinum.
g.
Auskultasi : bising pembuluh darah.
Setelah diadakan pemeriksaan leher
evaluasi hasil yang didapat dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
PEMERIKSAAN DADA
Posisi klien : berdiri, duduk dan
berbaring
Tujuan :a) mengetahui bentuk,
kesimetrisan, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada
b)
mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan
c)
mengetahui adanya nyeri tekan, massa, peradangan, traktil
premitus
d) untuk mengetahui batas paru
dengan organ sekitarnya
e)
mendengarkan bunyi paru/adanya sumbatan aliran udara
Persiapan Alat :a) stetoskop
b) penggaris centimeter
c) pensil penanda
secara umum ada beberapa garis bayangan
yang digunakan dalam pemeriksaan torak yaitu:
1.
Garis midsternalis : garis yang ditarik
dari garis tengah sterna ke bawah
2.
Garis midclavikula : garis yang ditarik
dari pertengahan clavikula ke bawah
3.
Garis mid axillaries : garis yang
ditarik dari pertengahan axilla ke bawah
4.
Garis mid spinalis : garis yang ditarik
dari pertengahan spinal ke bawah
5.
Garis mid scapula : garis yang ditarik
dari pertengahan scapula ke bawah
Prosedur Pelaksanaan
a.
Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur
dada, gerakan nafas (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan
otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan atau
penonjolan.
Normal : simetris, bentuk dan postur
normal, tidak ada tanda-tanda distress pernafasan, warna kulit sama dengan
warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema.
Bentuk
thorax, kesimetrisan, keadaan kulit.
a)
Normal chest : diameter proximodistal
lebih panjang dari anterodistal
b)
Pigeon chest : diameter anteroposterior
lebih panjang dari proximodistal
c)
Funnel chest : diameter anteroposterior
lebih pendek dari proximodistal
d)
Barrel chest : diameter anteroposterial
sama dengan proximodistal
e)
Kyposis : tulang belakang bengkok ke
depan
f)
Scoliosis : tulang belakang bengkok ke
samping
g) Lordosis
: tulang belakang bengkok ke belakang
Macam-macam pola pernafasan :
1)
Eupnea : irama dan kecepatan pernafasan
normal
2)
Takipnea : peningkatan kecepatan
pernafasan
3)
Bradipnea : lambat tapi merupakan
pernafasan normal
4)
Apnea : tidak terdapatnya pernafasan
5)
Chene Stokes : pernafasan secara
bertahap lebih cepat dan dalam, dan melambat diselingi periode apnea.
6)
Biot’s : perafasan cepat dan dalam
dengan berhenti tiba-tiba
7)
Kusmaul : pernafasan cepat dan dalam
tanpa berhenti
Amati pernafasan klien : frekuensi
(16-24 x/menit), retraksi intercosta, retraksi suprasternal, pernafasan cupiong
hidung.
b.
Palpasi : simetris, pergerakan dada,
massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus.
·
Berdiri di depan klien dan taruh kedua
telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan pasien menarik nafas
dalam, rasakn apakah pergerakan paru kiri dan kanan sama.
·
Berdiri dibelakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah
scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari Ka.Ki didekatkan jangan sampai menempel,
dan jari-jari diregangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali
menarik nafas dalam amati gerakkan ibu jari Ka.Ki sama atau tidak.
Palpasi
Taktil Vremitus posterior dan anterior
·
Meletakkan telapak tangan kanan
dibelakang dada tepat pada apex paru/setinggi supra scapula (posisi posterior).
·
Menginstruksikan pasien untuk mengucapkan
kata “Sembilan-sembilan” (nada rendah)
·
Minta klien untuk mengulangi mengucapkan
tanda tersebut, sambil pemeriksa menggerakkan ke posisi Ka.Ki kemudian ke bawah
sampai pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
·
Bandingkan vremitus
pada kedua posisi paru.
·
Bila fremitus redup minta pasien bicara
lebih rendah
·
Ulangi/lakukan pada dada anterior.
c.
Perkusi : paru, eksrusi diafragma
(konsistensi dan bnadingkan satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang
sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi).
Normal : resonan (“dug dug dug”), jika
bagian padat lebih daripada bagian udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian
udara lebih besar dari bagian padat= hiperesonan (“deng deng deng”), batas
jantung=bunyi rensonan—hilang>>redup.
d.
Auskultasi : suara nafas, trachea,
bronchus, paru. (dengarkan dengan menggunakan stetoscop di lapang paru Ka.Ki,
di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan diatas
trachea).
Normal : bunyi nafas vesikuler,
bronchovesikuler, brochial, tracheal.
Jenis
suara nafas :
1.
Vesikuler : terdengar di seluruh lapang
paru dengan intensitas suara rendah, lembut dan bersih.
2.
Bronchial : di atas manubrium sterni,
suara tinggi, keras dan bersih
3.
Bronkovesikuler : intercosta 1 dan 2, dan antara scapula, intensitas
sedang dan bersih
4.
Trakeal : diatas trakea pada leher,
intensitas sangat tinggi, keras dan bersih.
Jenis Suara Tambahan
:
1.
Rales : suara yang terdengar akibat exudat lengket saat inspirasi. Rales halus, terdengar
merintik halus pada akhir inspirasi. Rales kasar, terdengar merintik sepanjang
inspirasi. Rales tidak hilang denagn batuk.
2.
Ronchi : akibat penumpukan exudat pada
bronkus-bronkus besar, terdengar pada fase inspirasi dan ekspirasi, hilang bila
klien batuk.
3.
Wheezing : terdengar ngiik-ngiik saat
inspirasi akibat penyempitan bronkus.
4.
Pleural tricion rab : terdengar kasar
seperti gosokan amplas akibat peradangan pleura terdengar sepanjang pernafasan
lebih jelas pada antero lateral bawah dinding torak.
Setelah diadakan pemeriksaan dada
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
PEMERIKSAAN SYSTEM KARDIOVASKULER
Tujuan :a) mengetahui ketidnormalan
denyut jantung
b)
mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar
c)
mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
d)
mendeteksi gangguan kardiovaskuler
Persiapan Alat :a) stetoscop
b) senter kecil
Prosedur Pelaksanaan
a.
Inspeksi : amati denyut apek
jantung/ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri
pada dinding torak.
Normal : pada ICS V Mid clavikula kiri
selebar 1 cm, sulit ditemukan pada klien yang gemuk.
b.
Palpasi : Merasakan adanya pulsasi.
·
Palpasi spasium interkostalis ke-2/ICS
II kanan untuk menetukan area aorta dan spasium intercosta ke-2 kiri letak
pulmonal kiri.
·
Palpasi sapsium interkostalis ke-5/ICS V
kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventrikuler amati adanya pulsasi
·
Dari intercosta ke-5 pindah tangan
secara lateral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri dimana akan ditemukan daerah
apical jantung atau PMI (point of maximal impuls) temukan pulsasi kuat pada area ini.
·
Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi
pada area epigastika atau dibawah sternum.
Normal
: untuk inspeksi dan palpasi pada dinding torak, normalnya pulsasi tidak ada.
c.
Perkusi :
·
Perkusi dari arah lateral ke medial
untuk menentukan batas jantung bagian kiri.
·
Laukukan perkusi dari sebelah kanan ke
kiri untuk mmengetahui batas jantung kanan.
·
Lakukan dari atas ke bawah untuk
mengetahui batas atas dan bawah jantung.
·
Bunyi resup menunjukkan organ jantung
pada daerah perkusi.
Normal
: bataas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm kea rah kiri dari garis mid
sterna, pada RIC 4,5, dan 8.
d.
Auskultasi :
·
Menganjurkan pasien bernafas normal dan
menahannya saat ekspirasi selesai
·
Dengarkan suara jantung dengan
meletakkan stetoscop pada interkostalis ke-5 sambil menekan arteri carotis.
üBunyi
S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral
(bikuspidalis) dan tikuspidalis pada waktu sistolik.
üBunyi
S2 : dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi menutupnya katub seminularis (aorta dan
pulmonalis) pada saat diastolic.
üBunyi
S3 : gagal jantung “LUB-DUB-..”
üBunyi
S4 : pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-DUB”.
Normal : terdengar bunyi jantung I/S1
(lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau
S4).
PEMERIKSAAN
PAYUDARA DAN AKSILA
Tujuan
:a) mengetahui adanya massa atau ketidak teraturan dalam jaringan payudara
b) mendeteksi awal adanya
kanker payudara
Persiapan
Alat :a) sarung tangan sekali pakai (jika diperlukan)
Prosedur
Pelaksanaan :
a.
Inpeksi payudara : integritas kulit
b.
Palpasi payudara : bentuk, simetris,
ukuran, aereola, putting dan penyebaran vena
c.
Inspeksi dan palpasi aksila : nyeri,
perbesaran nodus limfe, konsistensi
Setelah diadakan pemeriksaan dada dan
aksila evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan dengan keadaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
PEMERIKSAAN ABDOMEN
Posisi klien : berbaring
Tujuan :a) mengetahui bentuk dan
gerakan-gerakan perut
b)
mendengarkan suara peristaltic usus
c)
meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan dalam
perut.
Persiapan Alat :a) posisi klien :
berbaring
b) stetoskop
c) penggaris kecil
d) pensil gambar
e) bantal kecil
f) pita pengukur
Prosedur Persiapan
:
a.
Inspeksi : kuadran
dan simetris, countour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi,
tonjolan,pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan dinding perut.
Normal : simetris Ki.Ka, warna dengan
warna kulit lain sama, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan,
pelebaran vena, kelainan umbilicus.
b.
Auskultasi : suara peristaltic (bising
usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh
darah dan friction rub: aorta, a.renalis, a.illiaka (bagian bell). Bunyi
peristaltic yang panjang dank eras disebut Borborygmi biasanya terjadi pada
klien gastroenteritis, dan bila sangat lambat (meteorismus) pada klien ileus
paralitik.
Normal : suara peristaltic terdengar
setiap 5-20 x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis, arteri illiaka dan aorta.
c.
Perkusi semua kuadran : mulai dari
kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa
nyeri dan bagaimana kualitas bunyinya.
·
Perkusi hepar : batas
·
Perkusi limfa : ukuran dan batas
·
Perkusi ginja : nyeri
Normal : timpani, bila hepar dna limfa
membesar=redup dan apabila banyak cairan=hipertimpani.
d.
Palpasi ringan : untuk mengetahui adnya
massa dan respon nyeri tekan, letakkan telapak tangan pada abdomen secara
berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
Palpasi dalam : untuk mengetahui posisi
organ dalam seperti hepar, ginjal, limpa, dengan metode bimanual/2 tangan.
·
Hepar
ü Letakkan
tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan,
kiira-kira pada interkosta ke 11-12
ü Tekan
saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji
hepatomegali.
·
Limpa
ü Metode
yang digunakan seperti pada pemeriksaan hepar
ü Anjurkan
pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta
pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tentukan adanya
limpa.
ü Pada
orang dewasa normal tidak teraba
·
Renalis
ü Untuk
palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi lumbal
3-4 dibawah kosta kanan
ü Untuk
palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi lumabal 1-2 di bawah kosta kiri.
ü Tekan
sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan
bentuk, kontur, ukuran, dan respon nyeri.
·
Appendiks
ü Posisi
klien tetap terlentang, buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc.
Burney yaitu dengan cara menarik garis bayangan dari umbilicus ke SIAS dan bagi
menjadi 3 bagian. Tekan pada sepertiga luar titik Mc Burney. Bila ada nyeri
tekan, nyeri lepas dan nyeri menjalar kontralateral berarti ada peradangan pada
appendik.
ü Palpasi
dan perkusi untuk mengetahui ada acites atau
tidak : perkusi dari bagian lateral ke medial, perubahan suara dari timoani ke dullness
merupakan batas cairan acites
ü Shiffing
Dullnes, dengan perubahn posisi miring kanan/miring ke kiri, adanya cairan
acites akan mengalir sesuai dengan gravitasi, dengan hasil perkusi sisi lateral
lebih pekak/dullness.
Normal
: hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
PEMERIKSAAN
EKSTREMITAS ATAS (BAHU, SIKU, TANGAN)
Tujuan
:a) memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
b) mengetahui adanya
mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-bagian.
Persiapan
Alat :a) meteran
Posisi
klien : berdiri, duduk.
Prosedur
Persiapan :
a.
Inspeksi struktur musculoskeletal :
simetris dan pergerakan, integritas ROM, kekuatan dan tonus otot.
Normal : simetris Ka.Ki, integritas
kulit baik, rom aktif, kekuatan otot penuh.
b.
Palpasi : denyutan arteri brachialis dan
a.radialis.
Normal : teraba jelas
c.
Tes reflex : tendon tripsep, bisep, dan
brachioradialis.
Normal : reflek bisep dan trisep
positif.
Setelah diadakan pemeriksaan ekstremitas
atas evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan dengan keadaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS BAWAH (PANGGUL,
LUTUT, PERGELANGAN KAKI DAN TELAPAK KAKI)
Prosedur Persiapan
:
a.
Inspeksi struktur musculoskeletal :
simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan
tonus otot.
Normal : simetris Ka.KI, integritas
kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh
b.
Palpasi : arteri femoralis, a.poplitea,
a.dorsalis pedis (denyutan)
Normal : teraba jelas
c.
Tes reflex : tendon
patella dan archilles
Normal : tendon patella dan archilles
positif.
Setelah diadakan pemeriksaan ekstremitas
bawah evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan dengan keadaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
PEMERIKSAAN GENITALIA (ALAT GENITAL,
ANUS, RECTUM)
Posisi klien : pria berdiri dan wanita litotomy
Tujuan :a) melihat dan mengetahui
organ-organ yang termasuk dalam genitalia
b)megetahui adanya abnormalitas
pada genitalia, misalnya varises, edema, tumor/benjolan, infeksi, luka atau
iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
c)
melakukan perawatan genitalia
d)
mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan.
Persiapan alat : a) lampu yang dapat
diatur pencahayaannya
b) sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan :
Genetalia Pria
a.
Inspeksi : amati penyebaran dan
kebersihan rambut pubis. Kulit penis dan scrotum adakah lesi, pembengkakan atau
benjolan. Lubang uretra adakah penyumbatan, lubang uretra pada bagian bawah (Hipospadia) lubang uretra pada batang penis (Epispadia).
b.
Palpasi penis : adakah nyeri tekan,
benjolan, cairan yang keluar scotum dan testis : adakah benjolan, nyeri tekan,
ukuran penis, testis normalnya teraba elastic, licin dan tidak ada benjolan.
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
1.
Hidrocele : akumulasi cairan serosa
diantara selaput visceral dan parietal pada tunika vaginalis.
2.
Scrotal hernia : hernia dalam scrotum
3.
Spermatocele : cysta epididimis,
terbentuk karena adanya obstruksi pada tubulus/ saluran sprema.
4.
Epididmal Mass/Nodularyti : disebabkan
adanya neoplasma benaign atau maligna, syphilis, atau tuberculosis.
5.
Episdidmitis : inflamasi atu infeksi
oleh Escherichia coli, gonorrhoe, atau mycobacterium tuberculosis.
6.
Torsi pada salurna sperma : axil rotasi
atau vuvulus pada saluran sperma diakibatkan infarktion pada tertis.
7.
Tumor testicular : tumor pada testis
penyebabnya multiple sifatnya biasanya tidak nyeri.
c.
Inspeksi dan palpasi hernia : amati
daerah inguinal dan femoral, adakah pembengkakan. Sebelum palpasi, anjurkan
klien berrdiri dengan sebelah kaki, dengan sisi yang akan diperiksa agak
ditekuk. Masukkan jari telunjuk ke dalam kulit scrotum dan dorong ke atas
cincin inguinal eksternal. Bila cincin membesar suruh klien mengejan atau
batuk, dengan cara ini hernia inguinalis akan teraba.
PEMERIKSAAN
RECTUM
Tujuan
:a) mengetahui kondisi anus dan rectum
b) menentukan adanya massa
atau bentuk tidak teratur dari dinding rectal.
c) mengetahui integritas
springter anal eksternal
d) memeriksa kanker rectal
dll.
Persiapan
Alat :a) sarunga tangan sekali pakai
b) zat pelumas
c) penetangan untk pemeriksaan
Prosedur Pelaksanaan :
Wanita
a.
Inspeksi genitalia eksternal : mukosa
kulit, integritas kulit, countour simetris, edema, pengeluaran.
Normal : bersih, mukosa lembab, integritas kulit
baik, simetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus/bau)
Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit,
massa, pengularan.
b.
Palpasi
vagina, uterus dan ovarium : letak ukuran, konsistensi dan massa
c.
Pemeriksaan anus dan rectum : feses,
myeri, massa edema, haemoroid, fistula ani pengeluaran dan pendarahan.
Normal : tidak ada nyeri, tidak terdapat edema,/
hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan genitalia evaluasi
hasil yang didapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapatkan tersebut.
Pria
a.
Inspeksi dan palpasi penis : integritas
kulit, massa dan pengeluaran
Normal : integritas kulit baik, tidak ada massa atau
pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau darah
b.
Inspeksi dan palpasi scrotum :
integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri
dan tonjolan.
c.
Pemeriksaan anus dan rectum : feses,
nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula ani,
pengeluaran dan pendarahan.
Normal : tidak ada nyeri,tidak terdapat edema/
hemoroid/polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan genitalia wanita
evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
Tujuan :a) untuk memperoleh data dasar tentang oto,
tulang dan persendian.
b)
untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot dan gangguan-gangguan pada daerah
tertentu.
Prosedur Pelaksanaan:
Muskuli /Otot
a.
Inspekksi mengenai ukuran dan adanya
atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada perbedaan dengan meteran)
b.
Palpasi pada otot istirahat dan pada
saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya kelemahan dan kontraksi tiba-tiba.
c.
Lakukan uji kekuatan otot dengan
menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan pemeriksa dan bandingkan tangan
Ka.Ki.
d.
Amati kekuatan suatu otot dengan member
penahanan pada anggota gerak atas dan bawah, suruh pasien menahan tangan atau
kaki sementara pemeriksa menariknya dari yang lemah sampai yang terkuat amati
apakah pasien bisa menahan.
Tulang
/Ostium
a.
Amati kenormalan dan abnormalan susunan
tulang
b.
Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri
tekann dan pembngkakan.
Persendian/
Articulasi
a.
Inspeksi semua persendian untuk
mengetahui adanya kelainan sendi.
b.
Palpasi persendian apakah ada nyeri
tekan
c.
Kaji range of mosio/ rentang gerak
(abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll).
PEMERIKSAAN
SISTEM NEUROLOGI
Tujuan : untuk mengetahui integritas
system persyarafan yang meliputi fungsi nervus cranial, sensori, motor dan
reflek.
Tindakan : pengkajian 12 syaraf cranial
(O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)
1.
Olfaktorius/penciuman
Meminta
pasien membau aroma kopi dan vanilla atau aroma lain yang tidak menyengat.
Apakah [asien dapat mengenali aroma.
2.
Opticus/penglihatan
Meminta
klien untuk membaca baan bacaan dan mengenali benda-benda disekitar, jelas atau
tidak.
3.
Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi
pupil
Kaji
arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya dan akomodasinya
4.
Throklear/gerakan bola mata ke atas dan
bawah
Kaji
arah tatapan, minta pasien untuk melihat ke atas dan ke bawah.
5.
Trigeminal/ sensori kulit wajah,
pengerak otot rahang
Sentuhan
ringan kornea dengan usapan kapas untuk menguji reflek kornea (reflek nrgatif
(diam)/positif (ada gerakan)). Ukur sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat
pada wajah kaji nyeri menyilang pada kulit wajah. Kaji kemampuan klien untuk
mengatupkan gigi saat mempalpasi otot-otot rahang.
6.
Abdusen/gerakan bola mata menyamping
Kaji
arah tatapan, minta pasien melihat kesamping Ka.Ki.
7.
Facial/ekspresi wajah dan pengecapan
Memiinta klien
tersenyum, mengencangkan wajah, menggembungkan pipi, menaikkan dan menurunkan
alis mata, perhatikan kesimetrisannya.
8.
Auditorius/pendengaran
Kaji
klien terhadap kata-kata yang dibicarakan, suruh klien mengulangi kata/
kalimat.
9.
Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan
menelan, gerakan lidah
Meminta
pasien mengidentifikasi rasa asam, asin, pada bagian pangkal lidah.
Gunakan
penekan lidah untuk menimbulkan “reflek gag” meminta klien untuk menggerkkan
lidahnya.
10.
Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara
Suruh
pasien untuk mengatakan “ah” kaji gerakan palatum dan faringeal, periksa
kerasnya suara pasien.
11. Asesorius/gerakan
kepala dan bahu
Meminta
pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh
pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan yang ringan.
12. Hipoglosal/posisi
lidah
Meminta
klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah dan menggerakkan ke berbagai
sisi.
Pengkajian
syaraf sensori :
Tindakan :
1.
Minta klien menutup mata
2.
Berikan rangsangan pada klien:
a.
Nyeri superficial : gunakan jarum tumpul
dan tekankan pada kulit pasien pada titik-titik yang pemeriksa inginkan, minta
pasien untuk mengungkapkan tingakt nyeri dan diagian mana
b.
Suhu : sentuh klien dengan botol panas
dan dingin, suruh pasien mengatakan sensasi yang dirasakan.
c.
Vibrasi : tempelkan garpu tala yang
sudah di getarkan dan tempelkam pada falangeal/ujung jari, meminta pasien untuk
mengatakan adanya getaran.
d.
Posisi : tekan ibu jari kaki oleh tangan
pemeriksa dan gerakkan naik turun kemudian berhenti suruh pasien mengatkan
diatas/dibawah.
e.
Stereognosis : berikan pasien benda
familiar (koin atau sendok) dan berikan waktu beberapa detik, dan suruh pasien
untuk mengatakan benda apa itu.
Pengkajian
reflex:
1.
Reflek Bisep
·
Fleksikan lengan klien pada bagian siku
sampai 450 , dengan posisi tangan pronasi (menghadap ke bawah)
·
Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital didasar tendon bisep dan jari-jari
lain diatas tendon bisep
·
Pukul ibu jari anda dengan reflek
harmmer, kaji reflex.
2.
Refleks Trisep
·
Letakkan lengan tangan bawah pasien
diatas tangan pemeriksa
·
Tempatkan lengan bawah diantara fleksi
dan ekstensi
·
Meminta pasien untuk merilekskan legan
·
Raba trisep untuk memastikan otot tidak
tegang
·
Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji
reflek.
3.
Refelk Patella
·
Minta pasien duduk dan tungkaai
menggantung ditempat tidur/kursi
·
Rilexkan pasien dan alihkan perhatian
untuk menarik kedua tangan di depan dada
·
Pukul tendon patella, kaji reflex
4.
Reflex Brakhioradialis
·
Letakkan lengan tangan bawaah pasien
diatas tangan pemeriksa
·
Tempatkan lengan bawah diantara fleksi
dan ekstensi serta sedikit pronasi
·
Pukul tendo brakhialis pada radius
distal dengan bagian data harmmer, catat reflex.
5.
Reflex Achilles
·
Minta pasien duduk dan tungkai
menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada pemeriksa patella.
·
Dorsofleksikan telapak kaki dengan
tangan pemeriksa
·
Pukul tendo Achilles, kaji reflek
6.
Reflekx Plantar (babinsky)
·
Gunakan benda dengan ketajaman yang
sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick harmmer
·
Goreskan pada telapak kaki pasien bagian
lateral, dimulai dari ujung telapak kaki sampai dengan sudut telapak jari
kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif telapak kaki akan tertarik ke
dalam.
7.
Reflex Kutaneus
a.
Glutel
·
Meminta pasien melakukan posisi
berbaring miring dan buka celana seperlunya.
·
Rangsang ringan bagian perineal dengan
benda berujung kapas
·
Reflek positif spinter
ani berkontraksi
b.
Abdominal
·
Minta klien berdiri/berbaring
·
Tekan kulit abdomen dengan benda
berujung kapas dari lateal ke medial, kaji gerakan reflek otot abdominal
·
Ulangi pada ke-4 kuadran (atas Ka.Ki dan
bawah Ka.Ki)
c.
Kremasterik/pada pria
·
Tekan bagian paha atas dalam menggunakan
benda berujung kapas (cuttonbud).
·
Normalnya skrotum
akan naik/meningkat pada daerah yang dirangsang.
semoga artikel ini bermanfaat buat kita....
terimakasih sudah mengunjungi blog celotehdian....
see you at the next article....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar